Halaman WordPress ini adalah bagian dari website Jurnal Cipta yang sedang dalam tahap pengembangan. Diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Jurnal Cipta adalah jurnal pemikiran dan penciptaan seni. Jurnal Cipta, yang terbit dalam dua ragam yakni online dan buku tahunan, setelah sebelumnya hanya menyapa pembaca dalam format majalah, memberi ruang yang setara buat semua bentuk seni: rupa, musik, tari, sastra, teater, dan film.

Penciptaan seni selalu bermula sebagai kegiatan yang individual, dibimbing oleh pengetahuan yang tampak intuitif, yang tak jarang dianggap misterius. Agar bisa subur dan menyebar-luas, penciptaan itu, hasil dan prosesnya, perlu selalu ditelaah sedalam dan seterang mungkin. Pengetahuan yang membimbing penciptaan, pengetahuan yang tampak intuitif dan misterius itu, butuh dibedah dan dipaparkan menjadi pengetahuan yang sistematis dan bisa diuji.

Seni adalah hal yang serentak menunjukkan persambungan manusia dengan alam sekaligus perpisahan dengannya. Jauh sebelum kehidupan kognitif berkembang di bumi, alam fisik sudah menghasilkan berbagai bentuk “artistik” dengan taraf koordinasi kompleksitas yang memukau. Jejak tertua perkembangan kehidupan cerdas di bumi terdapat pada bentuk-bentuk visual buatan manusia yang kehadirannya mendahului aksara. Bentuk-bentuk itu mungkin dipengaruhi oleh benda-benda yang ada di alam, namun ciptaan itu sendiri adalah sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Lewat ciptaan itulah manusia menata kekuatan baru untuk mengolah ruang dan waktu yang mengitarinya. Dari sana kebudayaan tumbuh, peradaban berkembang.

Indonesia mungkin memang tampak kaya dalam hal khazanah seni, namun kekayaan itu tak diimbangi oleh kesuburan pemikiran seni. Ini yang agaknya membuat penciptaan seni tidak pernah benar-benar marak serentak sinambung di tanahair. Seni tradisi yang terlihat beraneka ragam itu, terbentuk secara sporadis dan tidak tertata dalam rentang waktu yang sangat panjang. Jika hanya mengandalkan waktu yang tak terbatas, alam fisik yang tak punya intelegensi manusiawi dan hanya punya forsa kimia-fisika itu pun bisa menghasilkan bentuk-bentuk yang rumit memukau.

Pemikiran seni yang kaya jelas berperan dalam mengolah waktu yang terbatas untuk menghasilkan rentetan terobosan yang gemilang. Gejala seni yang tak berdaya memperbaharui diri memberi tanggapan kreatif terhadap jaman yang berubah, terjadi karena langkanya pemikiran seni yang maju. Penciptaan karya seni memang masih berlangsung, namun penciptaan itu tetap cenderung sporadis, tidak sistematis dan tak menyuburkan penciptaan lanjutan. Karya-karya yang muncul tak jarang hanya mengulang dan bergerak di tempat.

Pemikiran seni yang kurang subur terlihat pada kelangkaan naskah ─ dan kelesuan produksi naskah ─ telaah seni yang mendalam: naskah yang dapat menjadi rujukan kajian lebih lanjut, sekaligus juga bisa merangsang penciptaan karya-karya baru. Dengan memanfaatkan teknologi internet, Jurnal Cipta berupaya mencari dan menerbitkan tulisan-tulisan yang dapat ikut menyuburkan pemikiran seni, sekaligus berusaha mendorong tumbuhnya generasi baru penulis dan penelaah seni.

Dirumuskan secara ringkas, tugas pokok Jurnal Cipta ada dua:

  • Menerbitkan tulisan-tulisan yang dapat menjadi rujukan kajian lebih lanjut, dan yang bisa merangsang penciptaan seni.

  • Ikut mendorong tumbuhnya generasi baru penulis dan penelaah seni.

 

Naskah di Jurnal Cipta

Karena perhatian utamanya terpumpun pada pemikiran seni dan telaah ciptaan, Jurnal Cipta untuk sementara hanya menerima naskah berupa esei. Ada empat jenis esei yang diterbitkan Jurnal Cipta:

  1. Esei riset (Gurat Riset). Tulisan ini adalah tulisan pesanan yang ditopang oleh riset lapangan dan pustaka. Panjang tulisan tak dibatasi, namun dipatok minimal 5000 (lima ribu) kata. Untuk memperkuat mutu tulisan, Jurnal Cipta akan mengundang dua narasumber untuk menulis komentar atau masukan. Total honor penulis plus dana riset sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah).

  2. Esei hablur (Gurat Hablur). Tulisan reflektif ini bisa berupa tulisan pesanan bisa juga berupa kontribusi dari penulis. Panjang tulisan juga tidak dibatasi, dan dipatok minimal 5000 (limaribu) kata. Honor tulisan kategori ini adalah Rp 2.500.000 (Duajuta limaratus ribu rupiah).

  3. Esei duta (Gurat Duta). Berbagai esei seni yang penting dan menarik, terbit tanpa henti di media yang tidak menggunakan Bahasa Indonesia. Ada esei yang dengan tajam menelaah pemikiran dan penciptaan seni secara umum, ada juga esei yang mengaji kehidupan kesenian di Indonesia. Jurnal Cipta akan memilih esei-esei tersebut untuk diterjemahkan dan disebarkan ke pembaca Indonesia.

  4. Esei warga (Gurat Warga). Esei ini bisa berupa tulisan pesanan bisa juga kontribusi dari penulis yang merupakan warga Jurnal Cipta Online. Mereka adalah citizen journalist yang punya perhatian pada seni. Panjang tulisan maksimal sekitar 1000 (seribu) kata, dan akan dimunculkan di situs Jurnal Cipta tiap hari satu tulisan. Yang dikejar di sini bukan terutama mutu tulisan, tetapi partisipasi penulis-warga. Cukup banyak penulis muda di Jakarta, dan terutama di luar Jakarta, yang seringkali belum mendapat ruang di media cetak yang mapan. Karya para penulis lokal di luar Jakarta pun kerap dihargai secara kurang memuaskan. Jurnal Cipta mencoba meberikan alternatif. Selain memperoleh ruang yang lebih lapang, dan bantuan penyuntingan naskah, penulis yang berpartisipasi akan mendapat honor sebesar Rp 200.000 (Duaratus Ribu Rupiah). Dibayangkan bahwa di antara para penulis warga ini, akan ada yang diundang untuk menjadi penulis riset dan hablur.

Dewan Redaksi:

  1. Adya Anisa Iman
  2. Arswendy Nasution
  3. Ayu Utami
  4. Bambang Bujono
  5. Eric Awuy
  6. Renee Sariwulan
  7. Riri Riza
  8. Zen Hae
  9. Nirwan Ahmad Arsuka (pemred)

Penanggung Jawab:

Marco Kusumawijaya (ketua PH-DKJ)

 

 

Email JC-DKJ:

redaksi@jurnalcipta.com

info@jurnalcipta.com

 

 

Leave a comment